A little story.

One night,the moon said to me, "If he makes you cry, why don't you leave him?" I paused for a while and then I look back to the moon, and I said, "Moon, would you leave your sky?"

Senin, 09 Juni 2014

Random.

Kau tahu rasanya diabaikan? Padahal disekitarmu itu ramai sekali atau padahal kau berteman kan banyak orang, tapi seperti tidak ada yang menganggapmu ada. Kalau kau belum tau, mari aku beri tahu rasanya. Rasanya lebih menyesakkan daripada saat kau harus kehilangan salah satu sepatumu; rasanya bahkan lebih menyakitkan daripada saat kau putus dengan pacarmu atau mungkin sebanding sakitnya dengan rasa orang yang gagal menikah di saat-saat terakhir; rasanya lebih kecut dari menenggak jus jeruk yang belum manis. 
Mungkin kau akan baik-baik saja, ketika ada seorang laki-laki yang berasa disampingmu, yang menemanimu, yang menghiburmu. Lalu, bagaimana dengan yang tidak memiliki satu? Bahkan saat sedih dan mengharapkan ada satu dari teman  — orang yang baginya sudah dianggap teman, entah bagaimana dengan orang itu menganggapnya —, yang secara sadar bahwa ada temennya yang sedang sedih dan menghiburnya, dan pada kenyataannya tidak ada satu pun? Bagaimana? Mungkin harus merasakannya dulu sebelum bisa berpendapat. Aku sendiri sudah lupa bagaimana rasanya dikhawatirkan oleh seseorang (selain dua orang tua), bagaimana rasanya ada seseorang yang rindu dan kepikiran buat ketemu, bagaimana rasanya benar-benar dicintai dengan serius. Aku sudah lupa keseluruhannya itu. Hahah konyol ya? Padahal belum lama ini aku menjalani hubungan. Yang ternyata baru aku sadari hanya hubungan yang isinya kosong beratasnamakan 'pacaran', tidak lebih, hanya kurang. Tidak ada rasa iri kalau melihat pasangan yang lain, hanya selalu muncul dipikiran ini, "kapan?" Namun, lagi-lagi hanya tenggelam begitu saja pertanyaan itu, aku tidak pernah menunggu jawabannya karena yang ada hanya akan membuat frustasi, karena menunggu jawaban itu sama saja seperti mencari ujung cakrawala yang sebenarnya susah ditemukan, atau mungkin memang tidak memiliki ujung?
Kata orang, kalau ingin menangis ya menangis saja. Gampang memang. Tapi terkadang siapa yang tahu pikiran orang? Kebanyakan orang saat ini selalu beranggapan: nangis mulu, gak capek? Lemah banget cuma gitu doang nangis. See? Maka dari itu sekarang banyak wanita yang terlihat kuat diluarnya, seperti gelas bening yang terlihat anggun, mewah, dan terlihat kuat, tapi coba saja untuk dijatuhkan sekali kalau tidak langsung pecah berkeping-keping. 
Bahkan ada yang membangun benteng pertahanannya sendiri, tapi yang menjadi pondasi benteng itu apa? Rasa sakit hati yang pernah dirasain dan rasa takut, takut terulang kembali. Ketika kau menganggap orang yang benar-benar ada untukmu, ternyata tidak itu....menyesakkan. Seperti sesak menahan tangis. Aku termasuk lemah, saat menahan tangis dan lalu dipeluk, jangan salah kan aku kalau kau akan kebanjiran. Aku berkata ini bukan bermaksud ingin terlihat lemah atau minta dikasihani. Dan aku percaya, diluar sana  juga ada wanita yang begitu. Pertahanan diri wanita itu tidak kuat sebenarnya, tidak seperti yang laki-laki pikirkan. Satu titik lemah wanita adalah ada di titik persahabatan, sebelum percintaan. Ketika mereka menemukan orang yang mereka rasa bisa disebut sebagai sahabat, seterusnya maka akan seperti itu. Tapi, justru itu point lemahnya. Ketika salah satu merasa terkhianati atau ditinggal kan atau tidak dipedulikan, rasanya luar biasa sakit. Tidak mudah menemukan sahabat yang benar-benar bisa disebut sebagai sahabat yang benar-benar tahu kapan kau sedang sedih tanpa harus memberitahukannya, sahabat yang tetap ada meskipun kalian habis melewati pertengkaran dan bukannya meninggalkan. Susah. Dan sudah jarang. Seperti menemukan pasangan. Susah untuk menemukan yang benar-benar bisa disebut sebagai pasangan yang mengerti luar dalam, baik buruknya. 
Jadi, ketika kau sudah memiliki itu dijaga. Jangan disia-siakan. Semua itu bisa menghilang dalam satu kali kedipan mata. Jangan sampai menyesal, ya. Terjebak dalam penyesalan layaknya terjebak dalam kotak besi yang tidak memiliki pintu keluar. 



Sincerely, 
V. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar