Si penikmat jingga.
Si penikmat alur gerak awan.
Dan bergabung.
Jingga berbingkaikan kapas putih nan lembut.
Jingga yang berbiaskan kehangatan yang dirangkul oleh kesejukan kapas.
Ingin menikmati satu jingga terakhir bersama.
Tapi, tak kumiliki daya itu.
Perlahan, jingga itu hilang diufuk bergantikan langit yang hitam pekat bak tinta,
Dan mulai turun setetes demi setetes.
Kutitipkan rasa ini dalam tetesan air yang mengguyur pinggiran ibukota yang sesak oleh kepenatan.
Berharap kepenatan di dalam yang kurasakan 'kan lenyap dengan hujan yang menari-nari dipermukaan.
Berharap, kamu kan berdiri disana dan tersenyum.
Yang kudapati hanya berliter-liter air yang menggenang yang membiaskan bayangku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar