A little story.

One night,the moon said to me, "If he makes you cry, why don't you leave him?" I paused for a while and then I look back to the moon, and I said, "Moon, would you leave your sky?"

Rabu, 05 Juni 2013

Satu Pertemuan


Perpisahan merupakan awal dari sebuah pertemuan. Yang baru.
Seperti kamu melangkah keluar dari sebuah ruangan dan kembali masuk ke ruangan yang lain. Dengan keadaan yang berbeda, dengan orang-orang yang berbeda. Memulainya dari bawah.
Namun, jangan terlena dengan pertemuan manis itu, sayang.
Pertemuan akan selalu berada dalam satu paket dengan perpisahan.
Kamu harus mempersiapkan jika si perpisahan itu tiba-tiba menyapamu.
Dan pastikan saat itu, kamu sudah siap.
Namun, sesungguhnya, tidak ada orang yang siap dengan sebuah perpisahan.

Ya, kamu yang berhasil membuatku semakin jatuh cinta dengan pertemuan itu.
Ya, kamu juga yang membuatku semakin jatuh cinta pada apa yang kamu tawarkan padaku.
Hingga aku sadar, bahwa ternyata aku belum siap untuk bertukar sapa dengan sahabatmu, perpisahan. Aku tidak ingin mengenalnya, dan aku pun tidak ingin ia mengenalku. Karena, suatu saat ia bisa menarikmu pulang dengan satu senyum sinis darinya dan kamu pun kan menghilang.
Jika ia kenal padaku, ia akan dengan mudahnya mencariku untuk mendapatkanmu.
Kamu memang udara bagiku.
Tidak selamanya aku bisa memilikimu. Suatu saat kamu akan ditarik keluar dan tempatmu disamping lenganku ini akan terasa hampa udara. Aku hanya bisa menghirupmu, namun aku tidak bisa membuatkan hak paten terhadapmu.
Kamu begitu mudah membuatku jatuh cinta,
Kamu begitu mudah membuatku merindu,
Kamu pula yang begitu mudah membuatku susah untuk mengenal kata melupakan.
Apakah untuk mempelajari pelajaran itu begitu susahnya?
Apakah ia menggunakan rumus? Tidak.
Apakah ia menggunakan bahasa yang rumit? Tidak.
Apakah ia menggunakan analisa layaknya seorang professor yang sedang meneliti penemuan baru? Tidak.
Lalu, mengapa hanya dengan belajar dari melupakan begitu rumit?
Sesungguhnya, ia dipelajari bukan dengan rumus, bukan dengan bahasa yang rumit, ia pun tidak diteliti. Hanya saja, ia hanya dirasa dan diresapi oleh perasaan itu sendiri.
Kamu memiliki gembok itu, kamu pula yang memiliki kuncinya.
Kamu yang memiliki masalah itu, kamu pula yang memiliki jalan keluarnya.
Tidak ada soal yang dibuat tanpa kunci jawaban.
Kecuali, soal itu mengenai persoalan hati dan perasaan.
Karena mereka tidak selamanya memiliki kunci jawaban.
Kunci itu akan dengan sendirinya. Bersama waktu. Hanya saja mereka datang dari area abu-abu.
Jangan menerka mereka, karena mereka hanya seperti bayang. Semakin kamu terka, akan semakin kelam mereka.

Satu pertemuan memulai pertemuan yang lain.
Padahal aku tidak mengonsumsi obat-obatan.
Hanya saja, kamu sudah menjadi obat-obatan bagiku, yang membuat canduku melebihi dosis yang seharusnya. Sepertinya aku butuh rehabilitasi.
Indah bukan memulai tahun yang baru, hari yang baru, nafas yang baru, kehidupan yang baru, kenangan yang baru pun akan segera datang. Namun, jika disana tidak adanya kamu? Apakah masih bisa kusebut mereka dengan hal yang baru? Denganmu, per harinya kamu taburkan warna baru disetiap sudut hitam-putihku. Bagaimana jika tiba-tiba, kamu, pemberi warna itu berhenti memberi warna? Mungkin sudut hitam-putihku akan mulai merangkak dan menempati tempatnya sebelum kamu gusur dengan menaburinya dengan pewarna.
Bukan. Ini bukan pewarna yang berbahaya. Ini hanyalah pewarna sederhana.
Mungkin, kamu mengenalnya dengan satu kata nan klise.
Cinta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar