Perpisahan merupakan awal dari sebuah pertemuan.
Yang baru.
Seperti kamu melangkah keluar dari sebuah ruangan
dan kembali masuk ke ruangan yang lain. Dengan keadaan yang berbeda, dengan
orang-orang yang berbeda. Memulainya dari bawah.
Namun, jangan terlena dengan pertemuan manis itu,
sayang.
Pertemuan akan selalu berada dalam satu paket dengan
perpisahan.
Kamu harus mempersiapkan jika si perpisahan itu
tiba-tiba menyapamu.
Dan pastikan saat itu, kamu sudah siap.
Namun, sesungguhnya, tidak ada orang yang siap
dengan sebuah perpisahan.
Ya, kamu yang berhasil membuatku semakin jatuh cinta
dengan pertemuan itu.
Ya, kamu juga yang membuatku semakin jatuh cinta
pada apa yang kamu tawarkan padaku.
Hingga aku sadar, bahwa ternyata aku belum siap
untuk bertukar sapa dengan sahabatmu, perpisahan. Aku tidak ingin mengenalnya,
dan aku pun tidak ingin ia mengenalku. Karena, suatu saat ia bisa menarikmu
pulang dengan satu senyum sinis darinya dan kamu pun kan menghilang.
Jika ia kenal padaku, ia akan dengan mudahnya
mencariku untuk mendapatkanmu.
Kamu memang udara bagiku.
Tidak selamanya aku bisa memilikimu. Suatu saat kamu
akan ditarik keluar dan tempatmu disamping lenganku ini akan terasa hampa
udara. Aku hanya bisa menghirupmu, namun aku tidak bisa membuatkan hak paten
terhadapmu.
Kamu begitu mudah membuatku jatuh cinta,
Kamu begitu mudah membuatku merindu,
Kamu pula yang begitu mudah membuatku susah untuk
mengenal kata melupakan.
Apakah untuk mempelajari pelajaran itu begitu
susahnya?
Apakah ia menggunakan rumus? Tidak.
Apakah ia menggunakan bahasa yang rumit? Tidak.
Apakah ia menggunakan analisa layaknya seorang
professor yang sedang meneliti penemuan baru? Tidak.
Lalu, mengapa hanya dengan belajar dari melupakan
begitu rumit?
Sesungguhnya, ia dipelajari bukan dengan rumus,
bukan dengan bahasa yang rumit, ia pun tidak diteliti. Hanya saja, ia hanya
dirasa dan diresapi oleh perasaan itu sendiri.
Kamu memiliki gembok itu, kamu pula yang memiliki
kuncinya.
Kamu yang memiliki masalah itu, kamu pula yang
memiliki jalan keluarnya.
Tidak ada soal yang dibuat tanpa kunci jawaban.
Kecuali, soal itu mengenai persoalan hati dan
perasaan.
Karena mereka tidak selamanya memiliki kunci
jawaban.
Kunci itu akan dengan sendirinya. Bersama waktu.
Hanya saja mereka datang dari area abu-abu.
Jangan menerka mereka, karena mereka hanya seperti
bayang. Semakin kamu terka, akan semakin kelam mereka.
Satu pertemuan memulai pertemuan yang lain.
Padahal aku tidak mengonsumsi obat-obatan.
Hanya saja, kamu sudah menjadi obat-obatan bagiku,
yang membuat canduku melebihi dosis yang seharusnya. Sepertinya aku butuh
rehabilitasi.
Indah bukan memulai tahun yang baru, hari yang baru,
nafas yang baru, kehidupan yang baru, kenangan yang baru pun akan segera
datang. Namun, jika disana tidak adanya kamu? Apakah masih bisa kusebut mereka
dengan hal yang baru? Denganmu, per harinya kamu taburkan warna baru disetiap
sudut hitam-putihku. Bagaimana jika tiba-tiba, kamu, pemberi warna itu berhenti
memberi warna? Mungkin sudut hitam-putihku akan mulai merangkak dan menempati
tempatnya sebelum kamu gusur dengan menaburinya dengan pewarna.
Bukan. Ini bukan pewarna yang berbahaya. Ini
hanyalah pewarna sederhana.
Mungkin, kamu mengenalnya dengan satu kata nan
klise.
Cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar